Harapan dan do'a setiap orang tua yang beriman adalah
memiliki keturunan yang shaleh dan mampu melanjutkan estafet dakwah. Namun
harapan dan do’a itu tidak serta merta mampu menghantarkan keturunannya menjadi
sosok manusia yang beriman dengan ketaatan total kepada Sang Khaliq.
Ada pemandangan yang cukup memprihatinkan ketika Kami sampai
di suatu perkampungan, di sebuah rumah yang resik terpampang sebuah papan
bertuliskan Ketua DKM (Dewan Keluarga Mesjid). Di teras rumah itu duduk seorang
pemuda bertato sedang asyik minum bir, saya pikir anak tetangganya. Ternyata
pemuda itu adalah putra bungsu si empunya rumah yang notabene seorang DKM dan
imam mesjid di kampung itu.
Dari penuturan istri ustadz ini ternyata lima orang anaknya bermasalah, anak laki-lakinya sering keluar masuk penjara karena narkoba dan judi sedangkan yang perempuan terjebak pergaulan bebas hingga hamil di luar nikah. Astaghfirullah, saya mengurut dada mendengar kisah ini, apa yang salah? Saya yakin kedua orang tua paruh baya ini pasti sangat menginginkan putra putrinya jadi anak yang soleh taat pada aturan agama.
Kisah hampir serupa dialami kyai kondang di kampung ibu saya, yang dibuat pusing tujuh keliling oleh perilaku anaknya yang ugal-ugalan. Kyai yang sekaligus pemilik pesantren terbesar dibuat kehilangan akal menghadapi tingkah anak kesayangannya itu. Dia berhasil mendidik ribuan santrinya tapi tak berkutik dalam menghadapi anak kandungnya sendiri.
Dari penuturan istri ustadz ini ternyata lima orang anaknya bermasalah, anak laki-lakinya sering keluar masuk penjara karena narkoba dan judi sedangkan yang perempuan terjebak pergaulan bebas hingga hamil di luar nikah. Astaghfirullah, saya mengurut dada mendengar kisah ini, apa yang salah? Saya yakin kedua orang tua paruh baya ini pasti sangat menginginkan putra putrinya jadi anak yang soleh taat pada aturan agama.
Kisah hampir serupa dialami kyai kondang di kampung ibu saya, yang dibuat pusing tujuh keliling oleh perilaku anaknya yang ugal-ugalan. Kyai yang sekaligus pemilik pesantren terbesar dibuat kehilangan akal menghadapi tingkah anak kesayangannya itu. Dia berhasil mendidik ribuan santrinya tapi tak berkutik dalam menghadapi anak kandungnya sendiri.
Sudah cukup banyak
bukti bahwa iman itu tidak diwariskan, betul juga keimanan dan ketakwaan orang
tua tidak serta merta diwariskan pada anak-anaknya. Ketaatan orang tua terhadap
agama tidak berbanding lurus dengan ketaatan anak-anaknya. Dengan kata lain
keimanan dan ketakwaan tidak bisa diturunkan orang tua pada anaknya dengan
cuma-cuma tanpa usaha.
Kita bisa berkaca pada kisah Luqman yang begitu telaten dalam mendidik anaknya, Luqman berkali-kali berpesan pada anaknya “janganlah engkau mempersekutukan Allah”. Luqman begitu khawatir anaknya musyrik kepada Allah dan melanggar syariat Allah, tidak hanya do’a yang dipanjatkan tapi beliau langsung mendidik anaknya. Seringkali Luqman berbicara pada anaknya dari hati ke hati untuk menyampaikan ilmu, dengan metode yang sangat disukai anak-anak misalnya dengan melakukan hikmah, mendongeng, tanpa disertai tekanan sehingga anak bisa menyerap ilmu yang disampaikan Ayahnya.
Kita bisa berkaca pada kisah Luqman yang begitu telaten dalam mendidik anaknya, Luqman berkali-kali berpesan pada anaknya “janganlah engkau mempersekutukan Allah”. Luqman begitu khawatir anaknya musyrik kepada Allah dan melanggar syariat Allah, tidak hanya do’a yang dipanjatkan tapi beliau langsung mendidik anaknya. Seringkali Luqman berbicara pada anaknya dari hati ke hati untuk menyampaikan ilmu, dengan metode yang sangat disukai anak-anak misalnya dengan melakukan hikmah, mendongeng, tanpa disertai tekanan sehingga anak bisa menyerap ilmu yang disampaikan Ayahnya.
Sudahkah Kita orang tua zaman sekarang melakukan hal itu? Seringkali kita begitu piawai memberikan materi ceramah di depan puluhan orang bahkan mungkin ratusan orang tapi lidah ini terasa kelu ketika berbicara kebenaran dengan anak sendiri. Ketika lajang aktif menjadi pengajar Al Qur’an tapi setelah berkeluarga tak punya waktu untuk mengajari anak-anak sendiri membaca Al Qur’an. Akhirnya pendidikan anak-anak diserahkan pada lembaga sekolah, padahal itu adalah tanggung jawab orang tuanya.
Berapa banyak waktu yang kita sediakan untuk mendengar celoteh anak kita? Seringkali kita menganggap omongan anak-anak tidak penting dan membosankan, Tapi giliran ngobrol dengan teman bisa bertahan berjam-jam atau ngenet bisa berjam-jam pula. Jangan salahkan mereka jika tidak mewarisi ketakwaan dan semangat dakwah orang tuanya.
Ya Allah hamba mohon ampun jika belum melakukan yang terbaik untuk anak-anak Kami, amanah yang Engkau berikan pada Kami. Jadikanlah mereka hamba-hambaMu yang soleh, yang taat padaMu, penuh harap padaMu dan takut akan murkaMU. Berikanlah kelapangan bagi Kami untuk mendidik mereka, menghantarkan mereka pada kemuliaan hidup di dunia dan di akherat…
Amin…
(Berbagai Sumber)
※ Ya Allah... semoga yang membaca
artikel ini :
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Muliakanlah orangnya
¤ Yang belum menemukan jodoh semoga lekas dipertemukan
¤ Yang belum mendapatkan keturunan semoga cepat mendapatkannya
¤ Semoga tergerak hatinya untuk bersedekah
¤ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
¤ Bahagiakanlah keluarganya
¤ Luaskan rezekinya seluas lautan
¤ Mudahkan segala urusannya
¤ Kabulkan cita-citanya
¤ Jauhkan dari segala Musibah, Penyakit, Prasangka Keji
¤ Jauhkan dari segala Fitnah, Berkata Kasar dan Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin
¤ Salam sayang buat
isteri & anak tercinta :
‘Siti Nurjanah & Rachmad Hidayatullah’